Saya termasuk
orang yang cenderung suka
menunda-nunda melakukan sesuatu. Sengaja saya tebelin kata cenderung untuk
mempertegas bahwa saya tidak selalu menunda-nunda, untuk hal-hal penting sebisa
mungkin saya lakukan secepatnya.
Nah di akhir
bulan Oktober, sebuah tragedi kecil terjadi di rumah. Mas Aiman ngerengek minta
liat video di televisi, padahal saat itu Mama Ivon sedang menonton serial india
fave-nya. Sebenarnya ada tab yang
biasa kami berikan jika Aiman ingin lihat video tapi sore itu tab-nya lobet. Saya
yang sejak siang sudah sumpek karena hal lain, ngerasa gopoh dan makin sumpek mendengar
rengekan Aiman. Akhirnya saya ambil flashdisk dan langsung colokin ke port USB
yang ada di TV.
Eh ndilalah kok
terbalik colokinnya dan TV kami ngeluarin bunyi melengking. Awalnya TV-nya
masih bisa menyala tapi setelah saya colokin flashdisk lagi, TV langsung mati. Flashdisk
milik saya itu emang unik sih bentuknya, tipis mirip kunci dimana bagian
luarnya terbuat dari besi. Nah saat kebalik nyolokin ke TV itu menyebabkan
konslet karena nggak lama setelah itu saya mencium bau-bau sangit seperti
terbakar gitu di port USB.
“Waduh konslet
ini,” batin saya.
Mama Ivon trus
menghampiri dan kemudian mencoba mematikan dan menghidupkan TV. Kali ini bau
sangit tercium lagi.
“Rusak ini
TV-nya!” katanya singkat.
Campur aduk
rasanya saya, rasa sumpek yang menumpuk sejak siang malah ketambahan problem TV
mendadak rusak karena kecerobohan saya. Jadi kesal dan marah pada diri sendiri,
tapi juga kesal sama Aiman yang nggak ngerengek terus minta liat video, kesal
juga sama Mama Ivon yang jadi biang kesumpekan saya wekekekeke.
Daripada tambah
sumpek, saya lalu cabut sendirian naik motor. Nggak tahu mau kemana, yang
penting cabut aja untuk nenangin diri. Untungnya sih Aiman nggak minta ikut,
mungkin dia merasa bersalah dan takut karena sudah bikin saya marah. Saya muter-muter
ngikutin rute biasanya saya dan Bulek Min nidurin Aiman di malam hari. Saya baru
balik rumah setengah jam kemudian dengan pikiran yang sedikit enteng. Baru kali
itu sih saya marah pake acara cabut segala, tapi mending gitu daripada tetep di
rumah dan tambah jengkel.
***
Esoknya, setelah
bersih-bersih rumah saya segera mencari kardus TV di rumah keluarga besar. Atas
saran seorang sohib, saya putuskan untuk membawa TV kami yang rusak itu ke
servis resmi saja meski garansinya sudah habis. Oh iya, lupa nginfoin kalau TV saya itu jenis LED merk Sharp. Dari hasil
gugling saya akhirnya menemukan Sharp Service Center Malang di Jl. Sunandar
Priyo Sudarmo No.1 Malang. Saya langsung membawanya ke sana ketika berangkat
kerja.
Lokasi Sharp
Service Center Malang ini mudah ditemukan dan dijangkau. Jika dari arah SMPN 5
(selatan) jalan terus saja hingga melewati pertigaan Jl. Sulfat, nah di gang
pertama sebelah kiri itu masuk. Letak Sharp Service Center Malang berada di
deretan ruko yang berada di sebelah kanan jalan. Begitu masuk, saya langsung
ditanyain oleh mbak-mbak CS-nya tentang keperluan atau keluhan saya. Setelah itu
saya disuruh menunggu sebentar bagian teknisinya.
Saya pun
kemudian menjelaskan kepada bagian teknisi tentang kerusakan TV saya. Dari cerita
saya dan setelah TV-nya dicoba dinyalakan tapi tetep nggak bisa akhirnya disimpulkan
jika TV tersebut mengalami kerusakan di motherboard-nya. Omaigott, kenapa saya
selalu berurusan dengan yang namanya motherboard sih? PC di rumah saja nggak
diservis-servis dan itu yang rusak motherboard-nya, eh sekarang TV juga kena
motherboard-nya segala.
Mau nggak mau
saya harus mengganti motherboard jika ingin TV-nya bisa normal lagi. Dan tahukah
Anda berapa harga motherboard sebuah TV LED itu?
Rp.700.000
Saya langsung lemes
deh saat mbak-mbak CS menyebutkan nominal harga motherboard. Padahal kami
sedang ada rencana travelling bulan Desember nanti dan masih harus menabung. Eh
lha kok ini mendadak ada pengeluaran tak terduga. Uang tujuh ratus rebut itu
bisa buat beli tiket kereta api PP.
“Kalau TV-nya
masih bergaransi tidak kena biaya Mas. Tapi syaratanya, Mas harus nunjukkin
kuitansi pembeliannya.” Sang teknisi menjelaskan kepada saya.
“Berapa tahun
Mas garansinya?”
“Dua tahun. Mas
dulu belinya kapan?”
“Seingat saya
tahun 2014, waktu anak pertama saya masih umur setahun lebih. Nah, tadi saya
coba cari kuitansinya tapi nggak ketemu. Trus solusinya gimana Mas?”
“Mas dulu beli
TV-nya dimana?”
“Di Hartono
Electronik.”
“Nah, Mas coba
saja ke Hartono Elektronik. Mas minta dicetakkan lagi kuitansi pembelian TV
ini, Mas tinggal sebutin nama saja nanti akan keluar riwayat pembelian yang
pernah lakukan di sana.”
Dari Sharp Service
Center Malang saya lalu berangkat ke kantor, saya tidak langsung ke Hartono
karena jam bukanya agak siangan. Sesampainya di kantor, saya wasapan sama Mama
Ivon. Meski terasa berat harus ngeluarin uang sebanyak itu namun saya mencoba
untuk melihat dari sisi yang lain. Mungkin Gusti Allah sedang memberikan
peringatan atau teguran, selama bulan Oktober ini sudah begitu banyak nikmat
yang kami terima salah satunya kami mendapatkan dua buah Zenfone 3: satunya
diberi saat launching Zenfone 3 di Bali dan satunya hadiah kompetisi foto. Nah
kami sama sekali belum ngeluarin zakat atau shodaqoh atas nikmat tersebut.
Mungkin Allah mengingatkan kami lewat tragedy TV rusak ini.
***
Siang harinya saya
pergi ke Hartono Electronik, toko elektronik yang terletak di JL.
S. Parman, No. 94, Jawa Timur 65126 ini memang sangat terkenal di Malang. Saya beberapa
kali membeli barang-barang elektronik di sini dan cukup puas dengan
pelayanannya. Setibanya di sana saya menuju meja CS dan meminta kuintansi
pembelian TV Sharp LED atas nama saya.
Meski
awalnya agak susah mencari namun syukurlah Mbak CS-nya bisa menemukan riwayat
pembelian saya di Hartono. Daaan, ternyata pembelian TV tersebut adalah 3 November 2014.
Saya
langsung mengucap syukur dan bersorak di dalam hati, berarti TV saya tersebut
masih memiliki garansi. Alhamdulillah masih rejeki kami.
Oh iya, saat
saya menunggu print out kuitansi, ada seorang bapak yang juga mengalami hal
serupa dengan saya. Dia mengalami trobel dengan TV LED 48 inch yang baru 6
bulan dibelinya, nah kuitansinya juga hilang. Tapi bedanya, saat Mbak CS
mencari berkali-kali atas nama bapak tersebut tidak menemukan hasil riwayat
pembeliannya. Saya nggak tahu apakah dia berhasil mendapatkan kuitansinya
karena saya sudah keburu cabut ke Sharp Service Center Malang.
Eh ndilalah pas
sampai di Sharp Service Center Malang, ada seorang tentara yang sedang
ngamuk-ngamuk kepada Mbak CS Sharp. Saya hanya mendengarkan sepintas saja sih,
TV yang diservis tidak kunjung kelar. Saya jadi kasihan sama Mbak CS-nya karena
dimarahi habis-habisan, mana pake ngancem segala.
“Silakan kalau
Mbak mau lapor atasannya. Tinggal pilih saja, saya atau Mbak yang dipecat!”
“Kalau mau laporin
ke polisi juga silakan, lapor saja.”
Saya kemudian
dilayani oleh Mbak CS satunya. Setelah saya menunjukkan copy kuitansi dari
Hartono, Mbak CS itu memberikan jaminan bahwa saya tidak dikenakan biaya sama
sekali atas servis TV yang saya ajukan. Fiiuh, lega banget deh rasanya.
Alhamdulillah,
malam harinya saya ditelpon sama Sharp Service Center Malang dan diberitahu
bahwa TV saya sudah selesai diperbaiki dan bisa diambil besok harinya. Untung
deh nggak sampai molor seperti kasus tentara di atas.
***
Dari kejadian tragedi
TV rusak tersebut, hikmah utama yang bisa saya ambil adalah jangan suka menunda-nunda sesuatu. Saya
sebenarnya sempat ingin menunda memperbaiki TV di Sharp Service Center Malang,
karena pada hari itu sudah ada agenda acara di kantor. Trus saya ingin memberi efek
jera pada Aiman, agar dia stop dulu menonton TV dan video. Namun, hati kecil
saya kok berkata lain: saya merasa bersalah dan ingin segera memperbaikinya,
trus juga kasihan juga kalau di rumah nggak ada hiburan. Coba kalau saya
menunda-nunda memperbaiki TV rusak tersebut, mungkin garansinya sudah habis dan
saya harus mengeluarkan duit 700 ribu untuk membayar motherboard. Hikmah
lainnya jangan suka gopoh (bingung) jika
anak minta ini-itu, saya memang harus belajar agak cuek dan tahan diri jika
Aiman merengek. Sebab melakukan sesuatu dengan gopoh akan mengakibatkan terjadi
sesuatu yang tidak kita inginkan. Mungkin itu saja sharing saya, semoga
bermanfaat.
Jadi penasaran, gerangan apa salah saya yg bikin sumpek pak ihwan ini ya ? 🤔
BalasHapus7rts ribu itu berapa job review cobak..hihi
BalasHapusWkwkwk... nunggu jawaban mas Ihwan atas pertanyaan mbak Ivon diatas... hahaha
BalasHapusUntuk "gopoh" kalo menurut ejaan majalah jaya baya,yang bener harusnya "gupuh" CMIIW...
Hihihi, aku banget, sampai seumur tua begini, terkadang masih menunda, padahal sudah dapat banyak pelajaran kalau menunda pasti bikin kecewa, termasuk mengecewakan diri sendiri ya mas.
BalasHapuspengalaman yang menarik mas, saya ingin lihat2 toko elektronik di Hartono, tapi kemarin pas ke Malang masih belum nemu.
BalasHapus