Pada bulan Oktober yang lalu, ada event book fair di kantor dimana salah satu agendanya adalah talkshow bersama beberapa penulis. Salah satu penulis yang kami undang adalah Alvi Syahrin. Jujur saja awalnya saya nggak tahu siapa itu Alvi Syahrin, maklum saja karena saya udah lama banget nggak up-date dengan dunia perbukuan. Serial terakhir dari Supernova aja -which is karya penulis idola saya yaitu Dee- nggak saya kelarin. Entah kemana minat baca saya pada buku, saya saat ini lebih suka membaca kisah-kisah hidup orang lain yang penuh drama di Quora hehehe.
Oke back to Alvi Syahrin. Ada beberapa fakta unik dari
penulis ini yang saya ketahui dari pihak distributor buku, kebetulan saya
ditunjuk menjadi salah satu PJ dalam event ini sehingga saya banyak berkomunikasi
dengan mereka. Berikut fakta unik Alvi Syahrin yang saya ketahui dari pihak
distributor:
- Alvi Syahrin tidak mengijinkan siapapun mengupload foto dirinya
di internet. Bahkan saat talkshow sekalipun. Dia
memang membatasi diri untuk terekspose di internet. Ya setiap orang memang
punya prinsip masing-masing ya dan kita harus menghormatinya.
Bahkan ketika acara di kantor saya, dia sudah mewanti-wanti hal
tersebut. Kebetulan kami menyiarkan acara talkshow-nya secara live juga
di IG, nah Alvi melarang kami untuk save dan share video live tersebut. Kalau memang
terpaksa harus upload maka bagian wajahnya harus ditutupi dengan stiker. Silakan
kalian googling deh foto Alvi Syahrin di internet, kalian hanya akan mendapatkan
foto-foto Alvi zaman masih bernaung di bawah penerbit Gagas Media.
- Alvi Syahrin tidak pernah bersedia foto bareng bersama para fans.
Meskipun fans-nya itu cowok sekalipun, dia
tidak mau foto bareng. Bahkan mas-mas distributor yang menangani setiap
event dia juga ditolak saat minta foto bareng.
Kalau para fansnya mau minta foto bareng, maka Alvi hanya bersedia
foto tangan bareng. Iyaap, kamu nggak salah baca, foto bareng tapi yang difoto
tangannya aja. Tapi Alhamdulillah, saya dan rekan-rekan kerja saya berhasil foto
bareng Alvi sebelum dia tampil. Ini berkat the power of emak-emak sih,
jadi salah satu rekan kerja saya itu seorang ibu-ibu. Nah beliaulah yang
berhasil “merayu” Alvi untuk foto bareng. Tapi tetap ya, tidak boleh diupload
di sosmed.
- Konsep Talkshow Alvi
Syahrin unik dan peserta selalu membludak. Ketika saya membahas
rencana talkshow Alvi Syahrin bersama pihak distributor, mereka request
agar disediakan fasilitas ruangan yang memadai. Awalnya talkshow diadakan
di gazebo namun mendekati hari H, jumlah pembaca yang mendaftar di g-form talkshow
Alvi Syahrin semakin banyak. Saat H-5 aja jumlah pendaftarnya sudah
mencapai angka sekitar 500-600 dan puncaknya di H-1 sudah tembus 1.000
orang.
Alhamdulillah saat hari H, yang datang sekitar 800 orang. Kami
terpaksanya membagi dalam dua ruangan sebab hall utama sudah tidak mampu
menampung para fans Alvi yang terus berdatangan. Padahal saat itu kondisinya
baru saja turun hujan lho.
Yang membuat peserta talkshow Alvi
membludak selain memang daya tarik bukunya yang besar juga konsep talkshow yang
unik. Sepanjang saya menghadiri talkshow para penulis, baru kali ini
saya melihat konsep yang berbeda dari penulis pada umumnya. Biasanya dalam
acara talkshow MC-nya, nah Alvi tidak mau ada MC. Dia tampil berkolaborasi
dengan sepupunya, Ardhi Mohamad yang juga seorang penulis. Terus keunikan kedua
adalah Alvi mengajak para peserta berinteraksi dengan seru dimana dia membawa
beberapa amplop yang dipilih oleh para peserta. Setiap amplop berisi surat yang
isinya hal-hal yang harus dilakukan oleh Alvi Syahrin. Salah satunya dalam talkshow
di kantor saya kemarin, ada satu amplop yang isinya Alvi sharing tentang titik
terendah di dalam hidup Alvi. Yang juga bikin saya salut sama Alvi, dia tidak
pernah melupakan sholat meskipun sedang talkshow. Kata pihak
distributor, begitu terdengar adzan maka Alvi akan menghentikan talkshow untuk
menjalankan ibadah sholat.
- Alvi Syahrin Melayani Curhat saat Sesi TTD Buku. Buku-buku Alvi Syahrin mengangkat tema self improvement, self healing dan mental health maka tidak heran jika ada pembaca yang saat berhasil bertemu dengan Alvi ada yang pengin sekedar ngucapin makasih karena sudah terbantu dengan tulisan Alvi hingga yang ngobrol bahkan curhat. Dan Alvi Syahrin bersedia mendengarkan dan meladeni para pembaca yang curhat! Pihak distributor bercerita pada saya, kalau saat talkshow terakhir di Surabaya acara TTD buku Alvi baru berakhir dini hari karena hampir setiap pembaca yang minta TTD sambil cerita dan curhat lamaa.
- Alvi Syahrin Memilih Jalur Self Publishing. Alvi Syahrin mengawali karier di dunia kepenulisan di bawah naungan penerbit Bukune pada tahun 2012 dengan novel berjudul Dilema: Tiga Cerita untuk Satu Rasa. Kemudian dilanjutkan dengan novel Swiss: Little Snow in Zürich, I Love You; I Just Can't Tell You. Namanya mulai meroket setelah menerbitkan serial Jika Kita: Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta, Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa, dan Jika Kita Tak Pernah Baik-baik Saja. Alvi akhirnya dikenal sebagai penulis spesialis tema self improvement bahkan salah satu penerbit nasional mengatakan bahwa Alvi adalah pelopor tema tersebut.
Nah mungkin karena kesuksesannya tersebut, akhirnya Alvi Syahrin
berani mengambil langkah besar dengan menerbitkan sendiri (self publishing) buku
berikutnya. Dia mendirikan penerbitan bersama sepupunya yaitu Ardhi Mohamad yang
bernama Alvi Ardhi Publishing.
Terhitung Alvi sudah menerbitkan 2 buku di Alvi Ardhi Publishing
yaitu Insecurity is My Middle Name dan Loneliness is My Best Friend. Ardhi
juga menerbitkan buku berjudul: What`s So Wrong About Your Self Healing yang merupakan lanjutan dari buku sebelumnya
yaitu What`S So Wrong About Your Life (Bhumi Anoma).
Oke Gengs Biru, itulah 5 fakta unik tentang Alvi
Syahrin yang harus kalian ketahui, apalagi kalau kalian suka dengan tulisannya
bahkan ngefans sama dia. Oh iya, saya dan Alvi memiliki 2 persamaan lho
ternyata yaitu kami sama-sama pernah menerbitkan novel di Gagas Media dan
memiliki self publishing. Saya dulu sempat mendirikan penerbitan bernama
Mozaik Indie Publisher, sayangnya karena keterbatasan waktu dan SDM sehingga terpaksa
vakum hingga sekarang.
Jujur saja sih, saat mengetahui 2 persamaan diantara
kami itu saya bertanya-tanya pada diri sendiri: “Kenapa saya dulu nggak bisa
sesukses Alvi ya?” Ya mungkin saya dulu kurang maksimal mencurahkan kemampuan
terbaik saya dan rejeki saya di dunia kepenulisan memang hanya segitu hehehe.
Oh iya, saya akhirnya membeli buku terbaru Alvi: Loneliness
is My Best Friend karena saya merasa related dengan tema
besar yang diangkat. Tepatnya sih, saya yang dulu saat masih berumur belasan tahun
dimana saya sering merasa kesepian karena basic saya yang introvert sehingga
mengalami kesulitan dalam menjalin pertemanan.
Next saya akan review buku ini sekaligus sharing
dan curhat kejadian-kejadian dalam hidup saya dulu yang related banget
sama buku Loneliness is My Best Friend.
Jika kalian merasa tulisan ini bermanfaat, jangan ragu untuk share ke sosmed,
boleh tag/mention saya: Ihwan Hariyanto.
Tidak ada komentar